Rabu, 14 Desember 2011

Warung Kopi

Apa engkau pernah tahu sebuah tempat,
Dimana semua orang punya hak berpendapat
Dalam sejauh apapun yang bisa mulut ucapkan?

Mari aku tunjukkan.
Aku perlihatkan gedung parlemen bangsa kita yang baru
Di tengah gubuk penderitaan

Gedung itu, berbeda.
Tanpa ada pagar tinggi
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi tuli
Tanpa ada kemegahan
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi congkak
Tanpa ada kemewahan
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi manja
Tanpa ada prosedural
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi buta
Tanpa ada perdebatan kosong
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi brutal
Tanpa ada titel-titel kebesaran
Yang akhirnya hanya membuat mereka menjadi semakin terlihat bodoh

Barangkali,
Kita perlu ajak dasi mereka melakukan studi banding
Kita perlu sertakan Mercy mereka juga
Tenang Pak. Tenang...
Di sana parkir luas
Di pinggir jalan raya yang luas
Anda bebas menaruhnya dimanapun
Tak perlu khawatir tergores
Kan, anda punya asuransi

Mari, masuklah ke gubuk kita
Kita perlu buka mata mereka
Tentang kecerdasan yang mereka agungkan
Mekipun sebenarnya adalah bentuk lain dari kedunguan
Yang mengatur peri kehidupan dua ratus juta pasang mata

Mari kita adu pendapat di sana

Demi keadilan yang diobral di warung kopi
Demi kebebasan yang diperdagangkan murah meriah di penggorengan
Demi cita-cita besar di pelupuk kaum jelata yang menyeruput kepanasan
Demi bon utang yang tak lekas bisa terbayarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar