Rabu, 21 Desember 2011

Taujih

Gua baru pulang liko. Tadi boncengan ama si Riki.Parahnya, kita paling seneng dateng liko telat. Tadi aja, hampir jam setengah sembilan baru nyampe rumah Pak Emer. Tapi untungnya, banyak yang telat juga. Wehehe. udah gitu, selama perjalanan bawaannya ngakak mulu. Yang inilah, yang itulah...ada aja yang bisa dibuat becandaan. Bahkan sampe pas acara liko berjalan, kita masih heboh sendiri.

Tadi, Pak Emer ada tamu. Jadi gua sebagai ketua(an) harus membuka jalannya acara. Yaudah, gua bukalah semua. Gampang kan, tinggal buka. Setelah itu gua tunjukin tuh anak-anak. Yang narik infak siapa, yang murajaah siapa, yang taujih siapa, sampe yang ngabisin makanan siapa. hehehe.

Dari semua agenda pada malem ini, yang paling ngena di hati gua adalah taujih Pak Dika. Tapi sebelum masuk ke taujih beliau, gue perkenalkan dulu beliau ini.

Nama Adhika. Nama lengkapnya gua lupa. Dia anggota baru di liko ini. Import dari Bandung. Dia dulu kuliah di STT Telkom, dua tahun di atas gue. Sekarang gawe di perusahaan jaringan komunikasi yang gua gak tau namanya apa. Dan dari semua data yang tersedia yang mesti saya infokan kepada pembaca, data yang paling penting bahwa DIA SUDAH MENIKAH!

Horeeee...

Lah, kok hore?!?!

Gua dulu dateng ke nikahannya di Lamongan. Kalo sebelumnya gua cerita anggota2 liko itu kebanyakan bapak2. Sekarang, berbalik. Mahasiswa (lebih tepatnya bujanganers) lebih mendominasi. Sementara yang bapak-bapak sudah dijual ke klub-klub besar. Sekarang, tinggal Pak Adhika ini satu-satunya yang berkeluarga dan yang masih tergabung dalam "The Young Guns". Eh, sama Pak Emer juga ding.

Dia tadi ngasih taujih dadakan. Karena memang semuanya serba mendadak. Jadi tadi awal ceritanya, pas lagi ditentukan (ribut-ribut) mengenai siapa yang harus kasih taujih pada malam ini, Pak Dhika ini kebelet pengen pipis. Akhirnya dia pergilah ke toilet. Kemudian, gue, rikirik, ananto si lelaki idaman, Avathir, dan Pak Lurah merencanakan konspirasi alias kudeta tak berdarah. Jadi setelah dia keluar dari toilet langsung kita bersama-sama bilang,"Selamaaaatttt akhiiiiiii, enteee jadi petugas taujih". Mukanya dia langsung tersenyum semi-semi nggak ikhlas, seakan konspirasi ini sudah diperkirakan sebelumnya.

Isi taujihnya dikutip dari Kolam 34: "Sesungguhnya bagi orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya". Kemudian dia merembet-rembet ke Tolak 3 yang intinya kebahagiaan bagi orang bertakwa itu diberi-Nya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Lalu barangsiapa yang bertakwa maka segalanya dimudahkan.

Lu tau kenapa dia kasih taujih gitu?

Pertama karena di Kolam 34 itu hapalannya mentok. Kedua karena sebelum liko dimulai, gue, rikirik, Pak Lurah dan Si pria idaman lagi mbahas kapan ujian alias sidang. Mereka kelihatan desperate semua. Sebenarnya termasuk gua. Cuma kan gua sebagai ketua(an) mesti jaga wibawa. (cuiihhh..gaya lu!)

Tapi gua pikir-pikir pas di perjalanan balik ke kampus tadi, bener juga kata Pak Dika ini. Gua selama ini ngerasa ngentengin ruhani gue. Gua bahkan hampir-hampir ilfeel dari usaha-usaha memohon kepada yang punya dunia dan alam semesta ini. Seakan-akan, kuasa atas diri gua itu, jadi milik dosen pembimbing, dosen penguji, atau bahkan pegawai TU yang kadang-kadang ngeselin abis karena memperibetkan birokrasi.

Gua sekarang lagi belajar gak egois. Walaupun hidup gua udah kayak sampah masyarakat gini. Gua jadi ngerasa makin down to earth atau bahasa njawanya "ndelosor nang lemah". Tadinya gua down to earth karena minder atau karena gua udah jadi looser. Tapi ndelosor nang lemah yang sekarang sudah gua rubah.

Gua pengen nurani gua lebih sadar lagi tentang arti hidup. Sehingga gua cepat ambil kesimpulan, "Everything's sucks jika kita hidup udah kayak slave". Entah itu budak dunia, budak cinta, budak uang, budak apapun itulah yang menyebabkan Tuhan gua jadi iri karena hambanya yang satu ini berpaling ke lain hati.

Hari ini gua benar-benar diingatkan. Beberapa minggu terakhir gua jarang buka-buka koran. Jarang inget-inget Tuhan. Terus jarang bersyukur. Padahal seandainya, gua mati sekarang...dengan gelar sarjana seabrek, dengan prestasi mentereng lainnya, itu juga paling cuma ditangisin 40 hari. Selebihnya hidup kita akan jadi lebih sampah dari sampah-sampah yang menyampah di tong sampah berisi tumpukan sampah-sampah yang selalu disumpah-serapah orang dunia yang mukanya kayak sampah.

Let our life go to the garbage!

Malem ini gua jadi inget kalo gue punya angan-angan sekolah di mahat. Selepas lulus nanti, mungkin gua akan masuk seminari, jadi pastur. Dengan bersikap baik, berusaha selalu berkata lemah-lembut, selalu mengekang syahwat, dan selalu mengabdi pada orang yang membutuhkan.

Hari ini, Mulek gue sampai di titik 25. Sementara anak-anak sudah mau finish di Kolam. Gua gak boleh kalah! Gak boleh! Gak boleh! Pekan depan Mulek harus tuntas.

So, kesimpulan dari sampah-sampah di atas adalah sebelum gue bisa menguasai universe ini, maka gue mesti menjalin relasi yang baik pula sama yang punya universe ini. Kalo nggak, gua adalah sampah yang lebih bau dari sampah terbau di alam semesta ini!



*Ditulis di bawah sayup-sayup "It'll Be Okey"-nya Limp Bizkit. Yeeeaaahhh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar