Oh men...saya lupa kalau saya masih punya tanggung jawab terhadap diri saya. Ada sebuah majalah yang belum saya garap sama sekali. Majalah itu masuk edisi ketiga dari lima edisi yang saya rencanakan terbit. Majalah ini tetap setia di jalur "do it by myself". Saya sungguh-sungguh tidak sabar, karena edisi kelima menjadi avant-garde bagi semua karya yang pernah saya lahirkan.
Saya masih sibuk mengerjakan TA (padahal juga nggak sibuk-sibuk banget. Paling galau-galau sendiri, hehe). Hari ini mudah-mudahan ada peningkatan sehingga saya bisa beranjak ke fase selanjutnya. Kalau hari ini saya jadi asistensi dengan dosen, sepulang dari sana, saya langsung garap majalah ini. Sudah sebulan lebih keleleran nih.
Kenapa saya begitu idealis sekali menggarap majalah yang tidak jelas antusiasme-nya dimana. Saya memang tidak hendak mencari pujian. Tanpa majalah ini, nama saya sudah kesohor sebagai penulis (sombong sekali kau anak muda...hehe). Tapi majalah ini seperti oase bagi saya yang jengah terhadap kemandegan. Saya ingin memberikan persepektif baru dalam pemikiran mahasiswa. Biar suatu saat nanti, tidak makin banyak robot-robot multinasional company yang lahir dari gedung Grha ITS.
Saya tahu, apresiasi menjadi harta paling berharga bagi semua seniman/sastrawan/para penggiat aktivitas kreatif lainnya. Saya sadar, saya tidak pernah diapresiasi. Karya saya juga tidak dipedulikan. Tapi tenang saja, menghadapi hal seperti ini bukan sekali dalam hidup saya. Justru saya menganggap, seberapa jauh idealisme saya dapat bertahan dalam kemunafikan ini. Saya ingin tetap hidup lurus dalam hati yang damai.
*ditulis sambil mendengarkan Five Corporation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar