Berbahagialah bagi mereka yang hidup di dunia tapi hatinya pergi ke akhirat. Gembiralah mereka yang bersabar dalam pengasingan. Kesendirian tidak membuat kami buta. Justru cahaya hidayah itu makin jelas terlihat. Masa-masa indah dimana dunia hanyalah sebatas kertas peta. Tidak lebih. Tidak juga tergoda atas segala perhiasannya.
Aku rindu. Rindu kepadamu wahai kesunyian. Tuhanku, tolong pindahkan gua itu ke dalam hatiku. Berikan hutan belantara dalam akal pikiranku. Perlihatkan kepadaku kebesaran-MU. Aku rela. Aku rela hidupku tak sesempurna mereka. Tuntunlah aku ke dalam kuburku. Aku ingin segera menemui-MU ya Tuhanku.
Aku menyesal telah lahir di bumi. Kini, aku tahu, bahwa lahir ke dunia tidak lebih baik daripada mati dalam rahim. Tuhanku, dimana Engkau? Aku tak sanggup lagi. Hidup dengan segala macam pembangkangan terhadap-MU. Aku tak mampu lepas dari jerat ini. Segera pilihkanlah bagiku, antara jalan surga atau jalan neraka. Aku ikhlas ya Robb.
Wahai Rasulullah, ada seorang umatmu yang sedang mengaduh. Ia berkata,"Wahai manusia yang agung. Aku belum pernah bertemu dirimu, tapi luar biasa yakinnya aku bahwa engkau memang seorang terpilih. Wahai Rasulullah, bukankah engkau kangen terhadapku? Dimana mulutmu tiada berhenti berucap memanggil-manggil namaku walaupun dengan bibir bergetar lemah. Aku menangis saat kau memanggilku di penghujung hidupmu."
Hidupku hampa. Tak tahu kemana lagi mencari kebenaran. Telingaku dipenuhi doktrin-doktrin murahan. Aku ingin keaslian jalan hidup, sebagaimana Rasulullah mengarungi hidup. Sayang sekali, aku tidak dilahirkan sejaman dengan Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Kalau iya, aku pasti akan banyak bertanya kepadamu wahai Rasulullah. Sekedar membuat hatiku membungah puas terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu keyakinanku. Cuma, sewaktu-waktu aku berdoa kepada Tuhanku,"jangan jadikan aku suku bangsa yang kebanyakan bertanya sehingga Engkau mengirim adzab padaku,". Ya Allah, mudahkanlah kepahaman itu sampai dalam benakku. Karena Engkaulah yang lebih tahu segalanya tentang aku. Bukan aku. Bukan Ayah-Ibuku.
Aku ingin pergi...
Menyusup di balik temaram...
Kemudian menghilang tanpa permisi...
Dilupakan, Ditinggalkan, Dikuburkan, dalam dunia kelam...
Namaku tidak bernisan
Kuburku tidak diketemukan
Kerabatku tak mengiringi sampai ujung pemakaman
Baiklah,
Akan kugali lubang itu sendirian
Kumasukan jasadku pelan-pelan
Kemudian tanah mengisi lubang pusaran
Cahaya rembulan perlahan gelap tertelan
Kututup sendiri kunci pernapasan
Aku bersyukur di hadapan Tuhan
Aku bersemayam dalam kesepian
Nihil tuntutan di hari pembalasan
Pengasing Diri
Aku rindu. Rindu kepadamu wahai kesunyian. Tuhanku, tolong pindahkan gua itu ke dalam hatiku. Berikan hutan belantara dalam akal pikiranku. Perlihatkan kepadaku kebesaran-MU. Aku rela. Aku rela hidupku tak sesempurna mereka. Tuntunlah aku ke dalam kuburku. Aku ingin segera menemui-MU ya Tuhanku.
Aku menyesal telah lahir di bumi. Kini, aku tahu, bahwa lahir ke dunia tidak lebih baik daripada mati dalam rahim. Tuhanku, dimana Engkau? Aku tak sanggup lagi. Hidup dengan segala macam pembangkangan terhadap-MU. Aku tak mampu lepas dari jerat ini. Segera pilihkanlah bagiku, antara jalan surga atau jalan neraka. Aku ikhlas ya Robb.
Wahai Rasulullah, ada seorang umatmu yang sedang mengaduh. Ia berkata,"Wahai manusia yang agung. Aku belum pernah bertemu dirimu, tapi luar biasa yakinnya aku bahwa engkau memang seorang terpilih. Wahai Rasulullah, bukankah engkau kangen terhadapku? Dimana mulutmu tiada berhenti berucap memanggil-manggil namaku walaupun dengan bibir bergetar lemah. Aku menangis saat kau memanggilku di penghujung hidupmu."
Hidupku hampa. Tak tahu kemana lagi mencari kebenaran. Telingaku dipenuhi doktrin-doktrin murahan. Aku ingin keaslian jalan hidup, sebagaimana Rasulullah mengarungi hidup. Sayang sekali, aku tidak dilahirkan sejaman dengan Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Kalau iya, aku pasti akan banyak bertanya kepadamu wahai Rasulullah. Sekedar membuat hatiku membungah puas terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu keyakinanku. Cuma, sewaktu-waktu aku berdoa kepada Tuhanku,"jangan jadikan aku suku bangsa yang kebanyakan bertanya sehingga Engkau mengirim adzab padaku,". Ya Allah, mudahkanlah kepahaman itu sampai dalam benakku. Karena Engkaulah yang lebih tahu segalanya tentang aku. Bukan aku. Bukan Ayah-Ibuku.
Aku ingin pergi...
Menyusup di balik temaram...
Kemudian menghilang tanpa permisi...
Dilupakan, Ditinggalkan, Dikuburkan, dalam dunia kelam...
Namaku tidak bernisan
Kuburku tidak diketemukan
Kerabatku tak mengiringi sampai ujung pemakaman
Baiklah,
Akan kugali lubang itu sendirian
Kumasukan jasadku pelan-pelan
Kemudian tanah mengisi lubang pusaran
Cahaya rembulan perlahan gelap tertelan
Kututup sendiri kunci pernapasan
Aku bersyukur di hadapan Tuhan
Aku bersemayam dalam kesepian
Nihil tuntutan di hari pembalasan
Pengasing Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar