Soal selera, aku memang tidak pernah neko-neko. Apa adanya saja. Entah itu makanan, minuman, atau hobi dan kesenangan lainnya. Bagiku, selera tidak mesti seragam. Tapi juga tidak mesti terlalu neka-neko. Semua ada batasnya. Tapi juga tidak bisa disamaratakan. Intinya, aku tidak terlalu mematok banyak syarat tentang sesuatu. Prinsip ini berdasar pada pemahaman relativitas yang digabung sedikit-sedikit dengan realitas.
*ngomong apa coba...mbulet!
Baiklah, to the point.
Kemarin pas balik kandang ke rumah di Ndepok, aku (akhirnya) ketemu adikku. Semenjak dia kuliah di Tangerang, aku jadi susah ketemu. Dia sibuk juga. Aku juga jarang pulang. Kalau balik paling setahun sekali. Hal itu aku lakukan, sebagai persyaratan menjadi anggota Gerombolan Bocah Lali Omah (Gembolo). hehe.
Adikku ini emang sudah berubah. Berubah jauh. Semenjak aku meninggalkan dia, lima tahun lalu dia emang sudah jadi gadis dewasa. Meski masih agak childish. Maklum, dulu dimanja sama mama. Tapi berhubung SMA-nya agak jauh (SMA yang sama denganku), dia jadi mulai mandiri. Maklum, kehidupan sekolah sudah menyita setengah hidupnya. Kemudian, setahun terakhir ini dia ngekos di Bintaro karena jarak kampus ke rumah jauh naujubillah.
Nah, anak ini makin dewasa makin alay. Masak, baru setahun kuliah sudah pacaran. Abangnya saja sudah lima tahun kuliah, masih keleleran, nggak ada yang mungut. You know, apa tanggapannya dia pas aku kasih tahu kalau aku aja belum punya pacar, kenapa dia melangkahi. "Salah sendiri kakak nggak nyari.." kata dia dengan entengnya. (Wah, belom pernah kelilipan sandal jepit nih orang)
Awalnya, dia nggak mau ngaku pula kalau pacaran. Padahal di BAP sudah jelas (Berita Acara Pacaran). Baru ketika aku ajak makan di resto, baru dia mau ngaku. Itu pun setelah dia menghabisi sepiring nasi, sepaket udang bakar gede, dan ikan bakar gede. Hmmm, nama restorannya apa ya? Entahlah...aku segera melupakannya semenjak dompetku ludes di sana.
Lupakan soal pacarannya. Aku sebagai abang hanya bisa mengingatkan agar berhati-hati di jalan dan mendoakan agar dia segera putus (hehe). Biarlah nanti pihak berwajib (nyak) yang menindaklanjuti BAP agar dimasukkan ke berkas persidangan. (Dengar-dengar kabar terakhir, sidang sudah menjatuhkan vonis. Entah itu hukuman penjara, cambuk, penggal, atau kerja rodi, yang penting...semoga hukuman itu membuat kamu jera, dek..)
Kembali ke leptop.
Sekarang ke perkara hape. Adikku ini punya hape lumayan bagus. Pokoknya, satu keluarga, yang paling jelek hapenya ya aku ini. Tapi ndak papa. Semua ada hikmahnya. Hape bagus-bagus bikin was-was. Kalau jelek kan, walau dilindas truk berkali-kali, kita tidak perlu menyesal. Memang jalan hidupnya si hape ditakdirkan begitu. Kalau hape bagus kan, mau megang saja perlu wudhu tujuh kali campur tanah sekali. Ribet.
Berhubung aku suntuk pada waktu itu, aku tanyalah pada dia, "Dek, hapemu ada musiknya nggak?"
"Ada Kak. Tapi bukan nasyid"
"Ah, nggak papa. Yang penting ada. Asal bukan dangdut koplo aja"
Diberilah hapenya dengan ikhlas sentosa disertai rahmat dari yang maha kuasa.
"Gimana nih dek, mbukanya?"
"Ah, ndeso. Gini aja nggak bisa"
"Grrr..."
Tangannya segera terampil meloncat-loncat. Hape itu pun kembali ke tanganku. Kemudian aku lihat playlist-nya. Satu komentarku: "Bener-bener...anak jaman sekarang sudah jadi budaknya MTV". Aku juga termasuk sih. Lagunya hits semua.
Aku putar sebuah lagu. Aku tinggikan volumenya.
"Kok, tumben lagu itu Kak?"
"Emang kenapa? Nggak boleh?"
Dia diam. Kamu tahu, aku putar lagu apa?
Kesha "Tik Tok"
Kemudian aku ganti lagunya. Eh, dia ketawa.
Kamu tahu aku putar lagu apa? Justtin Bieber yang judulnya "anggur merah" (Bukannya anggur merah itu Meggy Z ya? Ya, itulah pokoknya. Aku lupa judulnya dan nggak begitu kenal lagunya)
Karena malu diketawain dia, aku ganti lagunya.
"Kakak emang tahu lagu itu?"
"Tahu dong..."
Dia diam. Kamu tahu, aku putar lagu apa?
Killing Me Inside "Torment"
Terus dia ngadu ke mama. "Mah..Mah...kakak aneh sekarang"
"Aneh apa?"
"Masak sekarang, dengernya lagu rock-rock gitu mah..."
Sialan tuh anak. Dia pikir, selama ini aku dengarkan lagu Nasida Ria dan Qasidahan kali ya. Memang sih, pas aku SMP dulu (dia masih SD), aku sering karokean bareng sama dia di rumah. Aku rajin sekali beli kaset ketika itu. Dan tentu saja, memutar keras-keras untuk menyaingi Andi, tetanggaku yang suka memutar keras-keras lagu-lagu Limp Bizkit, RHCP, Jamrud, Tipe-X dll.
Tahukah kamu, koleksi kaset apa yang ada di rak kamarku? Bukan sheila on 7, bukan Ada Band, bukan Caffeine, bukan Dewa, bukan Padi, bukan Jagung, bukan, bukan, bukan....
Jangan kaget ya. Ini dia koleksi kasetnya:
1. Izzis (tiga album)
2. Shouhar (dua album)
3. RJ (dua album)
4. Snada (dua album)
5. Raihan (dua album)
6. Gradasi (dua album)
7. JV (dua album)
8. SP (dua album)
Sisanya ada The Fikr, The Zikr, Arroyan, Tazzaka, Al-Quds dan lain-lain.
Subhanalloh, ternyata dulu aku pernah jadi orang alim. hehehe.
Yang paling aku ingat adalah adikku yang masih SD itu hafal beberapa lirik nasyid tersebut, sangking seringnya diputar. Lagu yang dia sukai, biasanya lagunya Gradasi, Snada dan Justice Voice. Bahkan, karena aku juga ngefans banget dengan Gradasi, kaset itu sampai kusut, rusak tanpa sisa, sangking seringnya diputar. Terutama yang albumnya "Anugerah Terindah". (btw2, beberapa kaset tersebut pernah kena razia di sekolah. Bahkan aku pernah mengubur kaset itu di belakang masjid SMP, pas aku tahu kalau hari itu ada razia. Hebat kan? hehehe)
Meski begitu, aku juga punya kaset umum biasanya kompilasi. Seperti Queen, Sting, Westlife, Gigi, dll. Mengenai westlife, jamanku beranjak remaja dulu, boyband tersebut udah kayak dewa. Yang muja banyak banget. Termasuk aku, hehehe.
Jadi, sebenarnya wajar saja kalau adikku kaget. Melihat track record kupingku, kayaknya tidak cocok dimasukin Killing Me Inside yang rock abis, ataupun Kesha yang house banget. Ya, kali ini aku maafkan dosamu dik. Tapi, sebenarnya juga, aku tidak sepenuhnya salah. Berbarengan dengan kegemaranku terhadap kaset nasyid pada saat itu juga aku sedang belajar gitar. Justru lagu-lagu yang pertama kali aku dengar dan bisa memainkan seperti Blink 182, SUM 41, Cake, Phantom Planet, Coldplay, Simple Plan, POD, Linkin Park dll (selama bertahun-tahun langganan majalah musik, tidak pernah sekalipun aku menemukan panduan chord gitar untuk sebuah lagu nasyid). Jadi, sory ya dek, aku tidak se-ndeso itu.
Sebenarnya, jujur saja, perubahan baru terjadi saat kuliah. Berhubung di kampus aku tidak punya banyak akses membeli album-album tersebut (nggak ada tokonya), jadi terpaksa telingaku kualihkan mendengar lagu-lagu lain. Pertama lagu-lagu Indonesia. Pas aku jadi mahasiswa baru, gelombang metal (melayu total) sedang membahana. Tiba-tiba, detik itu juga aku matikan seluruh winamp-ku. Aku mual!
Barulah pencarian lebih jauh setelah aku mengenal musik-musik barat lebih jauh, terutama yang dahulu sempat legendaris. Aku jadi suka musik melodic atawa emo, kemudian grunge, punk dan banyak sekali ragam yang aku suka. Aku sudah khatam download lagu Nirvana, RHCP, Limp Bizkit, The Clash, Ramones, The Beatles, Rolling Stone, banyak lagi. Aku susah nyebutinnya. Intinya, aku sudah meninggalkan lagu nasyid dan bersyahadat menjadi hamba-hamba MTV seperti kebanyakan anak muda lainnya.
Barulah pencarian lebih jauh setelah aku mengenal musik-musik barat lebih jauh, terutama yang dahulu sempat legendaris. Aku jadi suka musik melodic atawa emo, kemudian grunge, punk dan banyak sekali ragam yang aku suka. Aku sudah khatam download lagu Nirvana, RHCP, Limp Bizkit, The Clash, Ramones, The Beatles, Rolling Stone, banyak lagi. Aku susah nyebutinnya. Intinya, aku sudah meninggalkan lagu nasyid dan bersyahadat menjadi hamba-hamba MTV seperti kebanyakan anak muda lainnya.
Sudahlah. Yang namanya selera tidak usah diatur-atur. Kalau dikira itu baik, maka perdengarkanlah telingamu. Insya Allah, tidak akan membuatmu berdosa. (fatwa dari mana nih?)
Dan detik ini, aku mendengar 24 musikalisasi lagu dari puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Great!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar