Tuh kan, sudah kubilang apa. Aku tidak sepengecut seperti kebanyakan orang kira. Memang sih, aku agak pemalu, tapi aku berusaha menjadi lelaki sesungguhnya. Salah satu jalannya menurutku adalah menepati janji. Di samping beberapa nilai-nilai keberanian yang sedang aku pelajari otodidak.
Meskipun mendahulu satu jam dari jadwal yang ditentukan, toh...aku juga bisa berbuat sesuatu demi kemerdekaan berperasaan. Sebenarnya juga bukan hal yang terduga lagi. Karena itu semua sudah ditebak dengan mudah. Hanya saja, aku perlu berpikir ulang, apakah tindakan ini benar-benar berasal dari hati nurani, dan apabila aku melepaskannya, hal itu benar-benar membuat hati nuraniku bahagia.
Itulah yang aku cari selama ini. Kebahagiaan batin bagiku adalah segalanya.
Aku tahu perkataan itu akan mengganggu semuanya. Tapi aku juga tidak memungkiri bahwa perkataan itu bisa jadi penyemangat baru dalam kehidupan semuanya. Aku harap yang terjadi adalah yang kedua.
Yang pasti, semenjak malam ini, sudah ada pencerahan baru. Aku berharap kita sama-sama memperbaiki diri. Kalau ditanya, kemana kita setelah ini? Aku akan menjawab,"Kita tidak akan kemanapun kawan...". Kau tetap kawan terbaikku. Biarkan kepalaku bersandar di pundakmu untuk beberapa waktu, sampai aku bisa berdiri tegak kembali, menyingkirkan segala rintangan yang ada di depan mataku.
Janganlah jadi beban pikiran atas apa yang terjadi malam ini. Tenang saja kawan. Kita akan tetap berdiskusi seperti biasa. Kita akan tetap bisa melihat sesuatu penuh dengan canda tawa seperti yang biasa kita lakukan. Aku mau, hal itu tidak berubah. Aku mau, kita tetap pada jalan-jalan yang masuk akal. Aku tidak mau, salah satu dari kita ada yang celaka sebab kejadian ini. Entah apa yang terjadi nanti, aku tidak peduli sama sekali. Aku sekedar memperjuangkan kebebasan berperasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar