Selasa, 27 Desember 2011

Kuliner

Tadi malem, eike rihlah sama jeng-jeng liko ke Rumah Makan Agis (depan masjid Agung persis). Eike sama Riki dateng telat akibat eike ketiduran. Eike capek, tadi siang rumah eike disatroni sepupu-sepupu eike yang luthu-luthu. Dan seperti adat kebiasaan, eike pasti ditarikin pajak. "Maasss Septii...ayoo. Beliin es grimmm...". Semakin bangkrut lah eike. Kalau tidak dituruti, nyawa eike bisa terancam. Tapi demi nak-kanak childern yang manis-manis ini, duit eike yang warnanya biru, eike relakan saja melayang tanpa bekas (maksudnya, dengan sedikit kericikan kembalian dari kasir).

Sebelum eike masuk ke inti permasalahan, eike mau cerita dulu nih tentang sepupu-sepupu eike. Kemarin ada Hanin, Hanif, Hakam, sama Rico (nama aslinya Rizal Choirul Abidin <gak pake domba>). Tiga nama pertama yang berinisial H itu adalah saudara sedarah. Nah, yang terakhir, si gendut Riko Mariko Chan, ini beda darah. Sebenarnya ada lagi segerombolan. Adek Aik sama Adek Erly. Kalau mereka datang, niscaya kiamat tinggal menghitung hari.

Untung dia lagi sibuk main sama teman-temannya di rumah.

Hellooowww...eike lupa ngasih tau. Selama dua minggu ke depan, adalah hari libur bagi anak-anak sekolah. Senangnya mereka, sementara eike merana terus dirazia Satpol PP. hehehe.

Sudah menjadi tradisi, kalau eike tertangkap basah di rumah sedangkan mereka tertangkap basah ke rumah, maka eike akan digelayutin. Tapi mereka bukan Tarzan, mereka cuma merengek-rengek. Entah itu, minta main komputer, nyalain DVD, main LEGO, main ular tangga, main bola di dalam rumah, sampai main petak umpet. Pokoknya eike dipaksa harus ikut. Dan seringkali dikadali mereka. Kasihan benar nasib eike.

Tapi yang paling mengenaskan itu adalah tagihan pajak. Kalau Aik dan Early pasti minta Es Magnum. Kadang eike tawar-menawar. "Gimana kalau es goyang aja. Atau es-es yang harganya seribuan lho yiiikkk). Mereka tetap bersikukuh. Nyawa eike terancam lagi.

Kalau Rico minta beli permen. Pasti permen yang dipilih seputar permen-permen bungkus plastik yang bagus-bagus. Kadang-kadang permen karet. Anak ini nggak bisa diajak kompromi juga. Dia tahu kalau permen-permen itu harganya mahal dan pastinya enak. Dia gak mau tuh, permen-permen kayak relaxa, kopiko dll. Tapi ada senengnya eike sama dia. Dia bisa eike ajak maen ke Warnet ataupun Rental PS. Hehehe. Nafsu main game sepak bola memuncak. Pilih mana, Winning Eleven atau PES? Atau kita main Counter Strike PB saja?

Kalau tiga orang yang berinisial H, tidak banyak neko-neko. Nah, ini yang eike suka. Mereka bisa diajak kompromi. Terutama Hanif. Dia gak pernah protes kalau eike beliin sesuatu. Gimana mau protes, dia kan masih 2 tahun umurnya. Ngomongnya aja masih belom lempeng. hehehe. Yang agak radikal cuma Hakam, maklumlah...cowok:D

Ya, begitulah eike dengan sepupu-sepupu eike yang luthu-luthu itu. Sebenarnya ada satu lagi sepupu yang masih kecil dan akrab. Tapi bukan dari garis Ibu. Namanya Rozik. Kalau eike dateng, dia paling seneng nggojloki semua tim sepakbola kesayangan ente. Lazio, Arsenal, Barcelona, dan PERSIJA. You know, dia hafal Mars-nya BONEK.

Bonek Viking sama saja...
Asal jangan The Jack
The Jack itu An****...

Yah, namanya Bonek, kata-kata An***** dan Jan*** itu sangat santer terdengar sebagai Mars perjuangannya Bonek-bonek koplak. Lah, eike mah nggak peduli. Yey mau katain eike kayak gimanapun, eike tinggal tutup kuping.

Tapi so far, Rozik ini sering eike ajak nonton bioskop. Maklum, eike emang jarang nonton di bioskop. Masak, ke bioskop sendirian, malesnyaaa...Mangkannya eike ajak dia nonton. Terus eike juga ngajak dia nonton bola di Gelora Delta. Eike gak berani bawa motor ke Gelora Sepuluh Nopember. Pelat motor eike "B".

Kembali ke pohon...

Setelah Pak Dhika selesai sholat di masjid, kita akhirnya berangkat keluar tanpa tujuan. Menentukan pergi ke Agis terjadi pada saat di perjalanan melalui voting yang amat ketat antara pendukung WAPO Unair, AGIS, dan Warung Rahayu Keputih (lho?!?! Siapa makhluk yang menjadi pendukung Rahayu ya?). Akhirnya atas rekomendasi Avatir maka diputuskanlah Agis sebagai win-win solution antara pemerintah dengan pihak oposisi. (halah...mendem ta kowe iki?)

Capcus jenggg...

Jujur, eike tak pernah makan di Agis, meskipun sering ke Masjid Agung dan rumah eike dekat sana. Kelas eike masih Rahayu, Mak Dami, warung Pink, dan restoran-restoran terbaik di kota metropolis KEPUTIH. Pas eike tahu, wih...gede juga ya tuh resto. Eike seperti biasa cuma kaosan ke resto yang lumayan elit itu. Ah, eike mah nggak peduli, kan yang penting bawa duit (tapi gak bawa dompet, sama aja...hehe).


Rihlah ini menggunakan uang kas liko yang bentuknya recehan dan dikumpulkan dalam waktu 2 tahun lebih. Gileee...sebuah perjuangan penuh darah dan keringat untuk bisa sampai pada restoran ini. Terakhir kali kita rihlah kuliner, pada jaman saat Wildan masih masuk liko sebelum dia di Pepeesdeemes. Gile men, dua tahun lalu. Jaman eike masih langsing dan seksi.

Kita cari tempat duduk. Dapat. Kemudian dilakukan pemilihan menu. Kami semua bingung. Di sana, terjadilah sesi wawancara dengan waiter-nya. "Mas...ayam koloke itu kayak gimana ya (ah ndeso sekali, ayam koloke tidak tahu, kata abang-abangnya)" "Terus mas, lemon squash itu apa ada hubungan spesial dengan olahraga tenis squash?" dan pertanyaan-pertanyaan bodoh lainnya.

Dan pertanyaan bodoh terakhir adalah "Mas...kalau pesan kepiting ini nggak kenyang dong. Masak nggak ada nasinya". Helloooww..masak tega benar, kepiting itu digado secara brutal tanpa menggunakan nasi. Nasinya dibeli terpisah Om...hehehe

Sangking antusiasme yang tak terkendali saat makan di restoran ini, semua hal jadi hal yang menarik untuk difoto. Waiter difoto, satpam difoto, ada kolam difoto, kamar mandinya difoto. Terus sesi foto-foto berlanjut pada foto keluarga liko kami. Semua gaya ada. Gaya pemain kesebelasan, gaya turis pantai, sampai gaya ababil yang menahan nafas, rambut disisir miring (poni lempar), mata melirik meleng, sambil menempelkan jari telunjuk di bibir. Sempurna...

Makanan juga menjadi target paparazzi berikutnya. Semua makanan yang terhidang difoto. Baik secara menyuluh maupun close-up. Kata Pak Lurah, sebagai Bendahara Umum DPP Partai Liko Paling Aneh Sedunia ini, "Foto-foto iki buat LPJ-an rek. Biar gak kenek audit dari BPK terus kecekel KPK".

Mari kita mulai peperangan gaya bebas...

Tangan kami mulai beraksi menggerayangi tubuh udang windu dengan penuh kebrutalan. Bandeng goreng mulai dijamah melalui kekejaman garpu. Ayam koloke dibantai oleh kekuatan maha dahsyat. Begitu juga nasi di dalam bakul, diborong habis. Dalam sekejap, pertumpahan darah terjadi dimana-mana. Setiap bola mata kami masih liar mencari ladang pembantaian yang kosong.

Masya Allah. Hard liner kabeh arek-arek iki. Aku sisan seh. hehehe

Terakhir adalah klimaks dari segala kegilaan yang berlangsung. Karena pembiayaan dari Rihlah ini adalah hasil dari swadaya para serdadu liko, maka bentuknya amat sangat picisan alias recehan. Sungguh eike masih tertawa sampai detik ini. Sebab waiter yang nasibnya sial karena menerima tamu yang lumayan menjengkelkan ini, mendapati Bill-nya dibalas dengan uang recehan. Bisa dibayangkan, totalan 360 ribu dengan uang recehan. Sampai Pak Lurah, yang juga bendahara DPP Aliansi Mahasiswa Sulit Lulus Untuk Kemerdekaan Berekspresi, memberikan bundelan uang yang dikareti. Tebal sekali. hehehe.

Hari ini eike bersemangat lagi!

Besok, semoga rihlah dengan adek-adek menjadi kenyataan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar