"Siapa yang sebenarnya menghamili ibumu sehingga melahirkan kamu Nak?" tanya seorang pria di tengah kerumunan yang dipenuhi rasa penasaran. Sepertinya warga ingin mengulang kisah Nabi Isa.
Mendengar desis suara, sang bayi malah lantas tertawa manis yang membuat para ibu semakin gemas ingin memilikinya.
"Kenapa kamu cuma tertawa?" tanya pria itu sambil melempar senyum simpatik. Lalu mengelus-elus kepalanya. Penuh rasa sayang.
"Ayolah Nak. Bukalah tabir misteri ini"
Kemudian sang bayi mengangkat jarinya pelan-pelan. Warga menahan kedipannya. Semua mata tertuju pada jari bayi itu.
Tanganya terus berputar. Secara acak mengarahkan jemarinya.
Semua orang takut. Jangan-jangan mereka jadi tertuduh. Dan resikonya adalah pancung.
Tapi putaran tangan itu berhenti. Warga lega. Lalu sang bayi dengan tenang menaruh tangannya di atas kepala. Sambil meminjam telunjuk lelaki yang menggendong, ia menunjuk dirinya sendiri.
"An honest man is always a child" (Socrates)
Mendengar desis suara, sang bayi malah lantas tertawa manis yang membuat para ibu semakin gemas ingin memilikinya.
"Kenapa kamu cuma tertawa?" tanya pria itu sambil melempar senyum simpatik. Lalu mengelus-elus kepalanya. Penuh rasa sayang.
"Ayolah Nak. Bukalah tabir misteri ini"
Kemudian sang bayi mengangkat jarinya pelan-pelan. Warga menahan kedipannya. Semua mata tertuju pada jari bayi itu.
Tanganya terus berputar. Secara acak mengarahkan jemarinya.
Semua orang takut. Jangan-jangan mereka jadi tertuduh. Dan resikonya adalah pancung.
Tapi putaran tangan itu berhenti. Warga lega. Lalu sang bayi dengan tenang menaruh tangannya di atas kepala. Sambil meminjam telunjuk lelaki yang menggendong, ia menunjuk dirinya sendiri.
"An honest man is always a child" (Socrates)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar