Budiman tetap tegar meski di hadapannya sekarang ada sepuluh penembak jitu dengan senapan terkokang.
"Ada pesan terakhir?" ujar seorang sipir sambil membenahi penutup mata Budiman.
"Yakin, tidak ada...?"
"Baiklah...kalau tidak ada"
Sang sipir meneriakan komando pada regu tembak "Satu, dua, tiga..."
Budiman gontai. Ambruk ke tanah. Tak bernyawa.
Regu tembak segera mengerubungi jasad pejuang kemerdekaan yang terkenal cerdik ini. Mereka lalu melucuti borgol di tangan, rantai di kaki, sumpal di mulut dan terutama sebuah paku yang terpalu di dahinya.
"A man who won't die for something is not fit to live." (Martin Luther King Jr)
"Ada pesan terakhir?" ujar seorang sipir sambil membenahi penutup mata Budiman.
"Yakin, tidak ada...?"
"Baiklah...kalau tidak ada"
Sang sipir meneriakan komando pada regu tembak "Satu, dua, tiga..."
Budiman gontai. Ambruk ke tanah. Tak bernyawa.
Regu tembak segera mengerubungi jasad pejuang kemerdekaan yang terkenal cerdik ini. Mereka lalu melucuti borgol di tangan, rantai di kaki, sumpal di mulut dan terutama sebuah paku yang terpalu di dahinya.
"A man who won't die for something is not fit to live." (Martin Luther King Jr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar