Tulisan ini diilhami dari kekonyolan Sastro Moeni. Aku mati ketawa dengar lagu-lagu mereka. Di masa dulu, ternyata, ada grup-grup musik nyentrik. Aku pernah dengar nama Pancaran Sinar Petromak, Pemuda Harapan Bangsa, atau Pengantar Minum Racun. Mereka lucu dan aku suka kelucuan.
Tapi aku tak mau bahas yang lucu-lucu. Ini seputar buku yang bergelimpangan di atas kasurku. Buku yang aku sebut "pengantar tidur".
Contoh, dalam minggu ini saja, berapa buku yang berserak di atas kasur. Bayangkan, aku tidur bukan di atas seprai, tapi di atas buku. Tentu kurang nyaman bukan. Tapi aku nyaman-nyaman saja. Maklum, kebo! Molor mulu.
Hari Sabtu aku baca buku "Syahrir" karya Rosihan Anwar. Minggu: bukunya Lili Nur Aulia. Senin: catatan Ahmad Wahib. Selasa: buku karangan Hamka. Tadi malam: catatan demonstrannya Soe Hoek Gie yang sudah saya baca berulang kali. Dan nanti malam, insya Allah Road to Mecca-nya M Assad alias Leopold Weiss yang orang Jerman itu.
Setelah baca, baru aku bisa bersemayam dengan tenang. Biasanya di atas jam 11 malam baru bisa tidur. Terkadang baca sampai jam satu kalau sedang insomnia. Entah ini baik atau tidak.
Kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Bahkan, kalau seandainya tidak ada tivi di rumah, aku bisa lebih sinting lagi jatuh cintanya pada buku ini. Gara-gara ada OVJ saja, kadang aku mengalihkan perhatian. Hanya untuk menghibur diri. Oke deh, yang penting, tiada hari tanpa membaca!
Tapi aku tak mau bahas yang lucu-lucu. Ini seputar buku yang bergelimpangan di atas kasurku. Buku yang aku sebut "pengantar tidur".
Contoh, dalam minggu ini saja, berapa buku yang berserak di atas kasur. Bayangkan, aku tidur bukan di atas seprai, tapi di atas buku. Tentu kurang nyaman bukan. Tapi aku nyaman-nyaman saja. Maklum, kebo! Molor mulu.
Hari Sabtu aku baca buku "Syahrir" karya Rosihan Anwar. Minggu: bukunya Lili Nur Aulia. Senin: catatan Ahmad Wahib. Selasa: buku karangan Hamka. Tadi malam: catatan demonstrannya Soe Hoek Gie yang sudah saya baca berulang kali. Dan nanti malam, insya Allah Road to Mecca-nya M Assad alias Leopold Weiss yang orang Jerman itu.
Setelah baca, baru aku bisa bersemayam dengan tenang. Biasanya di atas jam 11 malam baru bisa tidur. Terkadang baca sampai jam satu kalau sedang insomnia. Entah ini baik atau tidak.
Kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Bahkan, kalau seandainya tidak ada tivi di rumah, aku bisa lebih sinting lagi jatuh cintanya pada buku ini. Gara-gara ada OVJ saja, kadang aku mengalihkan perhatian. Hanya untuk menghibur diri. Oke deh, yang penting, tiada hari tanpa membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar