Apa beda aku dengan peserta Sea Games? Jawabnya gampang. Kalau mereka sedang susah payah membulatkan tekad, maka aku susah payah melawan bulatnya perut.
Memang belum taraf radikal. Gendut atau obesity maksudku. Beratku masih normal. Artinya, sekitar perhitungan rumus: tinggi badan dikurangi 110. Tapi coba lihat lebih detail, dulu tulang rahangku jelas terlihat garang, sekarang? Malah gelambir di pipi yang terlihat seperti balon hendak meledak.
"Apa memang salah kalau badan kita gemuk?" kata temanku yang sedari tadi duduk di sampingku.
"Ah, ndak juga. Malah, makin gendut, makin seksi," jawabku sambil memegangi perut, seperti seorang bunda mengelus-elus kandungan yang hendak keluar sebulan lagi.
"Lalu, kenapa kamu benci kegemukan?"
"Aku tidak benci. Cuma tidak suka saja. Kesannya aku ini tidak prihatin sama krisis ekonomi yang sedang melanda negara Eropa."
"Lah, le...opo hubungane ambek krisis ekonomi???"
"Yo siap-siap rek. Kalau Indonesia kena imbasnya, terus Sembako hilang di pasaran. Kan kita bisa mati kelaparan. Jadi, kita mesti kencangkan pinggang dari sekarang,"
"Oh iya-ya. Biasakan puasa dari sekarang," tutup kawanku yang kemudian segera menghilang di tengah kumpulan manusia.
Sebenarnya bukan puasa sih jalan keluarnya. Percuma kalau puasa kita, puasa yang dilandasi dengan politik devide et impera. Eh salah, maksudku, "politik balas dendam". Bisa-bisa "Yaumud Jazaa" atau bahasa kerennya hari pembalasan terjadi melalui pesta pora bakda bedug. Alhasil, kita tambah endut!
Apa solusinya?
Berolahraga.
Terutama yang bisa membakar lemak. Tapi jangan menjadi orang-orang yang memaksakan diri. Membakar lemak bukanlah dalam arti sebenarnya. Jangan sampai ada berita luka bakar stadium akhir setelah kita memahami tulisan ini.
Membakar lemak di sini melalui proses kimiawi yang hanya sarjana matematika yang paham. Lho kok matematika? Ya, maksudku, orang biologi atau mungkin orang kimia. Asal jangan, orang Teknik Kimia. Nanti mereka kira perut kita adalah pabrik spring bed.
Pastikan anda dan aku di sini, turut menyukseskan sea games. Bukan hanya dengan menonton pertandingannya di televisi tetangga, tapi juga turut mencontoh gerakan mereka. Misal, sepak bola nanti sore ini. Ya, sebelumnya, kita juga bermain sepak bola bersama kawan sepermainan kita. Kemudian, besok Simon Santoso main, ya kita juga main bulu tangkis.
Tapi kalau voli pantai sebaiknya jangan.
Kenjeran ora penak blas ambune.
Memang belum taraf radikal. Gendut atau obesity maksudku. Beratku masih normal. Artinya, sekitar perhitungan rumus: tinggi badan dikurangi 110. Tapi coba lihat lebih detail, dulu tulang rahangku jelas terlihat garang, sekarang? Malah gelambir di pipi yang terlihat seperti balon hendak meledak.
"Apa memang salah kalau badan kita gemuk?" kata temanku yang sedari tadi duduk di sampingku.
"Ah, ndak juga. Malah, makin gendut, makin seksi," jawabku sambil memegangi perut, seperti seorang bunda mengelus-elus kandungan yang hendak keluar sebulan lagi.
"Lalu, kenapa kamu benci kegemukan?"
"Aku tidak benci. Cuma tidak suka saja. Kesannya aku ini tidak prihatin sama krisis ekonomi yang sedang melanda negara Eropa."
"Lah, le...opo hubungane ambek krisis ekonomi???"
"Yo siap-siap rek. Kalau Indonesia kena imbasnya, terus Sembako hilang di pasaran. Kan kita bisa mati kelaparan. Jadi, kita mesti kencangkan pinggang dari sekarang,"
"Oh iya-ya. Biasakan puasa dari sekarang," tutup kawanku yang kemudian segera menghilang di tengah kumpulan manusia.
Sebenarnya bukan puasa sih jalan keluarnya. Percuma kalau puasa kita, puasa yang dilandasi dengan politik devide et impera. Eh salah, maksudku, "politik balas dendam". Bisa-bisa "Yaumud Jazaa" atau bahasa kerennya hari pembalasan terjadi melalui pesta pora bakda bedug. Alhasil, kita tambah endut!
Apa solusinya?
Berolahraga.
Terutama yang bisa membakar lemak. Tapi jangan menjadi orang-orang yang memaksakan diri. Membakar lemak bukanlah dalam arti sebenarnya. Jangan sampai ada berita luka bakar stadium akhir setelah kita memahami tulisan ini.
Membakar lemak di sini melalui proses kimiawi yang hanya sarjana matematika yang paham. Lho kok matematika? Ya, maksudku, orang biologi atau mungkin orang kimia. Asal jangan, orang Teknik Kimia. Nanti mereka kira perut kita adalah pabrik spring bed.
Pastikan anda dan aku di sini, turut menyukseskan sea games. Bukan hanya dengan menonton pertandingannya di televisi tetangga, tapi juga turut mencontoh gerakan mereka. Misal, sepak bola nanti sore ini. Ya, sebelumnya, kita juga bermain sepak bola bersama kawan sepermainan kita. Kemudian, besok Simon Santoso main, ya kita juga main bulu tangkis.
Tapi kalau voli pantai sebaiknya jangan.
Kenjeran ora penak blas ambune.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar