Derby El Classico, tinggal setengah jam lagi. Kedua kesebelasan telah bersiap di ruang ganti.
"Nanti" Mourinho memberi komando pada anak buahnya "Kita beri permainan terbuka pada Barcelona"
"Ramos?"
"Iya pak, saya di sini"
"Kalau Messi beratraksi. Kasih lewat saja ya"
"Baik Pak"
Mata Mourinho kembali liar.
"Alonso?"
"Iya Pak"
"Kalau Iniesta mau mengumpan jauh. Kamu jangan men-tackle. Biarkan saja"
"Oh, siap Pak!"
Bibir Mourinho terus maju seakan ingin mencari batang hidung anak buahnya yang lain untuk memberi perintah.
"Ronaldo?"
"Nggih Pak"
"Jangan terlalu agresif mencetak gol. Biasa saja"
"Oke Pak. Tenang saja"
Mourinho lalu meraih telepon genggamnya. Ia memencet beberapa nomor yang lumayan rumit untuk dihafal. Dengan raut ramah, Mou menyapa lawan bicaranya. "Gimana Pak. Sudah siap?"
"Oh, beres Pak. Semua bisa diatur." kata seorang pria di ujung telepon sambil menaruh peluit dan dua kartu berwarna ke kantongnya.
The best way to destroy an enemy is to make him a friend (Abraham Lincoln)
"Nanti" Mourinho memberi komando pada anak buahnya "Kita beri permainan terbuka pada Barcelona"
"Ramos?"
"Iya pak, saya di sini"
"Kalau Messi beratraksi. Kasih lewat saja ya"
"Baik Pak"
Mata Mourinho kembali liar.
"Alonso?"
"Iya Pak"
"Kalau Iniesta mau mengumpan jauh. Kamu jangan men-tackle. Biarkan saja"
"Oh, siap Pak!"
Bibir Mourinho terus maju seakan ingin mencari batang hidung anak buahnya yang lain untuk memberi perintah.
"Ronaldo?"
"Nggih Pak"
"Jangan terlalu agresif mencetak gol. Biasa saja"
"Oke Pak. Tenang saja"
Mourinho lalu meraih telepon genggamnya. Ia memencet beberapa nomor yang lumayan rumit untuk dihafal. Dengan raut ramah, Mou menyapa lawan bicaranya. "Gimana Pak. Sudah siap?"
"Oh, beres Pak. Semua bisa diatur." kata seorang pria di ujung telepon sambil menaruh peluit dan dua kartu berwarna ke kantongnya.
The best way to destroy an enemy is to make him a friend (Abraham Lincoln)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar