Yang kutunggu hari ini, cuma malam. Sebenarnya bukan hanya hari ini. Malah setiap hari. Aku tunggu malam. Malam yang pergi. Malam yang dihinggapi pertanyaan. Tentang kesunyian. Tentang nyanyi-nyanyi harap dari balik sajadah. Dan seputar tangis-tangis menyembah dari jasad yang terpaku.
Tapi aku selalu kesiangan. Bukan karena kokok ayam, embik kambing, atau kicau burung. Tapi teriakan bising tukang sayur. Aku bangun terlalu terik. Matahari panas. Selimutku tak mempan. Baru aku bisa bangun sempurna.
Dasar kerbau!
Kenapa ada orang yang mampu tidur sedikit. Kenapa aku masuk bagian kerbau. Padahal kalau disuruh memilih, aku ingin sedikit tidur. Tapi, permohonan ini tak pernah lulus. Aku selalu kesiangan. Bukan hanya kesiangan. Bahkan kesorean.
Aduh, aduh, kenapa ini? Aku kok jadi pemalas. Bukannya aku dulu jawara semangat. Orang yang paling terakhir rubuh. Yang paling suka berluka-luka. Yang paling hebat dentuman gertakannya. Yang paling basah keringatnya. Yang paling hitam kulitnya. Lho?? Apa hubungannya. Hitam kan takdir.
Aku selalu minta itu. Pintaku sedikit ya Tuhanku. Tapi kenapa Engkau pelit sekali. Aku kan tidak minta mercy. Aku juga tidak minta jabatan. Aku tidak minta dikenal orang. Aku tidak minta disegani orang. Aku tidak minta jadi manusia paling cerdik pandai. Aku cuma minta tidurku dikurangi. Itu saja. Titik.
Apa pinta ini terlalu berat bagi-Mu?
Tunggu dulu deh. Perasaan, Kau pernah bilang kalau Kau pengabul segala doa?
Dari kejauhan ada suara menjawab sayup-sayup. "Tapi aku hanya mengabulkan doa orang yang bersih jiwanya,".
"Maksud-Mu, aku terlalu cela di hadapan-Mu? Aku masih terlalu 'kotor' untuk menghadap-Mu? Bukannya Kau pengampun segala dosa? Aku tiap hari memohon ampunan-Mu Ya Tuhanku..."
"Tidak segampang itu anak muda.."
"Lalu apa lagi?"
"Kalau kau yakin, Aku adalah pengabul doamu, Aku adalah pengampun dosamu, kenapa kamu tidak yakin kalau aku juga pembatal segala takdirmu?"
"Maksud-Mu?"
"Tadinya Aku hendak mengabulkan doamu. Juga menghapus dosamu. Tapi satu kekuranganmu,"
"Apa itu Ya Tuhanku?"
"Kau masih menduakan Aku,"
Tapi aku selalu kesiangan. Bukan karena kokok ayam, embik kambing, atau kicau burung. Tapi teriakan bising tukang sayur. Aku bangun terlalu terik. Matahari panas. Selimutku tak mempan. Baru aku bisa bangun sempurna.
Dasar kerbau!
Kenapa ada orang yang mampu tidur sedikit. Kenapa aku masuk bagian kerbau. Padahal kalau disuruh memilih, aku ingin sedikit tidur. Tapi, permohonan ini tak pernah lulus. Aku selalu kesiangan. Bukan hanya kesiangan. Bahkan kesorean.
Aduh, aduh, kenapa ini? Aku kok jadi pemalas. Bukannya aku dulu jawara semangat. Orang yang paling terakhir rubuh. Yang paling suka berluka-luka. Yang paling hebat dentuman gertakannya. Yang paling basah keringatnya. Yang paling hitam kulitnya. Lho?? Apa hubungannya. Hitam kan takdir.
Aku selalu minta itu. Pintaku sedikit ya Tuhanku. Tapi kenapa Engkau pelit sekali. Aku kan tidak minta mercy. Aku juga tidak minta jabatan. Aku tidak minta dikenal orang. Aku tidak minta disegani orang. Aku tidak minta jadi manusia paling cerdik pandai. Aku cuma minta tidurku dikurangi. Itu saja. Titik.
Apa pinta ini terlalu berat bagi-Mu?
Tunggu dulu deh. Perasaan, Kau pernah bilang kalau Kau pengabul segala doa?
Dari kejauhan ada suara menjawab sayup-sayup. "Tapi aku hanya mengabulkan doa orang yang bersih jiwanya,".
"Maksud-Mu, aku terlalu cela di hadapan-Mu? Aku masih terlalu 'kotor' untuk menghadap-Mu? Bukannya Kau pengampun segala dosa? Aku tiap hari memohon ampunan-Mu Ya Tuhanku..."
"Tidak segampang itu anak muda.."
"Lalu apa lagi?"
"Kalau kau yakin, Aku adalah pengabul doamu, Aku adalah pengampun dosamu, kenapa kamu tidak yakin kalau aku juga pembatal segala takdirmu?"
"Maksud-Mu?"
"Tadinya Aku hendak mengabulkan doamu. Juga menghapus dosamu. Tapi satu kekuranganmu,"
"Apa itu Ya Tuhanku?"
"Kau masih menduakan Aku,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar