Benar kata Kahlil Gibran. Cinta tidak terdefinisi. Hanya rasa yang muncul kemudian. Itu pula tidak bisa dirasa orang lain. Hanya kita sendiri yang merasa.
Kamu tahu kenapa aku tulis ini?
Aku sedang jatuh cinta, Sob!
Tepatnya, cinta bersemi kembali.
Kira-kira cinta kami berlangsung sejak tahun 1996. Kala itu, kita bertemu di sekolah dasar. Kita menjalin kasih saat yang lain juga melakukannya. Tak tahu apa sebabnya, aku jatuh hati padamu. Yang pasti, warna gaunmu mengingatkanku pada pada keindahan langit.
Aku lihat di dadamu tersemat sebuah sepuhan apik bergambar Elang, lambang kegagahan. Aku semakin kagum.
Sekarang kau berada di peringkat tiga besar. Sepertinya juara bukan lagi mimpi. Ingatlah, 10 tahun lalu, kita bersorak ramai di Olimpico. Banjir biru langit.
Aku tahu kamu bukan orang kaya. Tak ada yang mentereng di tubuh kita. Tapi, justru, kita ingin buktikan pada dunia. Kita bisa, tanpa perlu menjadi Madrid atau City.
Aku akan terus jadi pecintamu. 15 tahun lamanya. Meski kau sempat (hampir) didegradasi karena Calciopoli, kesetiaanku sama seperti kesetiaan kawanku, pasukan La Vecchia Signora. Meski aku tak lagi mengenalmu intim. Meski kau tak sekaya dan seglamour dulu. Meski penampilanmu biasa-biasa saja, tak ada lagi galeri piala yang bertambah. Aku akan tetap setia.
***
Sementara di lain tanah, dalam umur percintaan yang relatif selisih sedikit, aku merasa bahwa nasibmu tak jauh beda.
Hatrick Van Persie ke gawang salah satu bebuyutan kita, sudah cukup jadi bukti kalau kita akan meraih kebahagiaan setelah bertahun-tahun kita paceklik.
Aku pun tak berniat berkonversi, pindah ke lain klub yang lebih mentereng. Meski tak ada sorak-sorai lagi di markas kita. Bahkan, ribuan talenta boleh saja keluar-masuk, tapi semangat itu tidak pernah luput. Aku tetap setia di bawah meriam. Yang siap menggempur dengan peluru-peluru muda. Meski kau jarang beri kami sebuah mahkota. Namanya setia, tetaplah setia.
Insya Allah, kesetiaan penuh adalah satu-satunya mutiara yang masih aku miliki. Yang hanya bisa kuberikan pada hal yang tertentu. Yang aku pegang teguh dalam setiap langkahku. Sebagai wujud besarnya rasa sayang itu. Termasuk kepadamu.
Semoga kesetiaan selalu tersemai dalam dadaku!
Kamu tahu kenapa aku tulis ini?
Aku sedang jatuh cinta, Sob!
Tepatnya, cinta bersemi kembali.
Kira-kira cinta kami berlangsung sejak tahun 1996. Kala itu, kita bertemu di sekolah dasar. Kita menjalin kasih saat yang lain juga melakukannya. Tak tahu apa sebabnya, aku jatuh hati padamu. Yang pasti, warna gaunmu mengingatkanku pada pada keindahan langit.
Aku lihat di dadamu tersemat sebuah sepuhan apik bergambar Elang, lambang kegagahan. Aku semakin kagum.
Sekarang kau berada di peringkat tiga besar. Sepertinya juara bukan lagi mimpi. Ingatlah, 10 tahun lalu, kita bersorak ramai di Olimpico. Banjir biru langit.
Aku tahu kamu bukan orang kaya. Tak ada yang mentereng di tubuh kita. Tapi, justru, kita ingin buktikan pada dunia. Kita bisa, tanpa perlu menjadi Madrid atau City.
Aku akan terus jadi pecintamu. 15 tahun lamanya. Meski kau sempat (hampir) didegradasi karena Calciopoli, kesetiaanku sama seperti kesetiaan kawanku, pasukan La Vecchia Signora. Meski aku tak lagi mengenalmu intim. Meski kau tak sekaya dan seglamour dulu. Meski penampilanmu biasa-biasa saja, tak ada lagi galeri piala yang bertambah. Aku akan tetap setia.
***
Sementara di lain tanah, dalam umur percintaan yang relatif selisih sedikit, aku merasa bahwa nasibmu tak jauh beda.
Hatrick Van Persie ke gawang salah satu bebuyutan kita, sudah cukup jadi bukti kalau kita akan meraih kebahagiaan setelah bertahun-tahun kita paceklik.
Aku pun tak berniat berkonversi, pindah ke lain klub yang lebih mentereng. Meski tak ada sorak-sorai lagi di markas kita. Bahkan, ribuan talenta boleh saja keluar-masuk, tapi semangat itu tidak pernah luput. Aku tetap setia di bawah meriam. Yang siap menggempur dengan peluru-peluru muda. Meski kau jarang beri kami sebuah mahkota. Namanya setia, tetaplah setia.
Insya Allah, kesetiaan penuh adalah satu-satunya mutiara yang masih aku miliki. Yang hanya bisa kuberikan pada hal yang tertentu. Yang aku pegang teguh dalam setiap langkahku. Sebagai wujud besarnya rasa sayang itu. Termasuk kepadamu.
Semoga kesetiaan selalu tersemai dalam dadaku!
pasti Lazio (=____=)
BalasHapus