Minggu, 25 Maret 2012

Nyablon

Tiba-tiba ane pengen banget belajar nyablon. Ini gara-gara ane sering ngeliat workart. Kayaknya bagus banget kalo ane memperdalam bidang desain grafis. Jujur, ane sebenarnya gak bakat dengan gambar-gambar, tapi gimana ya...ane seneng sama keindahan sih. Jadi, sebelum ane rekaman kira-kira tengah April, ane pengen sekalian belajar nyablon.


PUMP...PUMP...PUMP THE BRAKES!

Selasa, 20 Maret 2012

Dinding

Putih belum tentu bersih. Lain mulut, lain di hati. Tempat itu memang menjanjikan kedamaian. Tapi, sekali lagi, damai belum tentu tenang. Apalagi kalau bicara janji, kita mesti sedikit sinis. Wong, janji saat ini seperti hembusan angin. Cepat sekali perginya.

Kita lihat di depan kita. Ya, itu tembok. Bangunan keras yang mesti kita pukul. Bahkan sampai darah bukan lagi berwarna merah. Kita lihat itu usaha terbaik kita? Belum tentu. Sampai kematian sudah mendekati, itulah saat-saat tembok akan rubuh.

Mati. Mengapa aku bicara mati terus dari tadi? Karena aku rindu. Aku penasaran. Bukan karena bagaimana rasanya mati, tapi lebih karena bagaimana nikmatnya hidup itu. Kalau aku sudah mati kan, tembok-tembok itu sudah tidak ada lagi. Masalah kita usai. 

Di dalam dinding yang bisu, kita hanya mencerca keadaan. 
Dalam muak, kita menahan muntah
Darah yang mengalir adalah sungai kebebasan
Dari balik dinding, kita tantang orang-orang bisu

Ternak

Aku membayangkan diriku bagian dari sekumpulan ternak. Memang apa yang baik dari kerumunan itu? Aku tidak tahu. Hanya saja, aku tersadar sudah dalam keadaan begini. Punggungku selalu sakit. Cemeti besar memukul-mukulkan ke setiap ternak, isyarat arah jalan yang dituju.

Dalam bagian hidupku yang paling dalam, aku menemukan tubuhku terhampar di tepi jalan. Jalan kebodohan, lebih tepatnya. Memang kematian akan menjadi jalan hidupku yang paling dekat. Aku menyadari itu dengan sangat. Penghormatanku yang besar terhadap kerancuan hidup, menjadikanku seperti ternak tanpa tujuan.

Aku hendak melawan majikanku, kakek tua yang sebenarnya sudah renta. Aku akan melawan ketidakadilan dengan tandukku. Tapi apa aku mampu? Sepertinya sulit.

Senin, 19 Maret 2012

Menyerah?

"Tiada satu nabi pun yang berlalu tanpa suatu ujian. Justru mereka mendapat tempat terhormat karena itu."

Saya merenungi lagi kata-kata tersebut. Dalam batin saya ada dua pilihan hidup. Keduanya pahit. Bahkan terlalu pahit. Tapi saya tersenyum saja. Saya tidak merasa terbebani. Malah dalam hati saya, ada sebuah keyakinan yang tumbuh entah dari mana asalnya.

Sekarang, saya berada dalam tahap baru. Tahap -yang katanya- lebih berat. Saya harus bersedia dipanggang hidup-hidup dalam tungku modernitas. Saya dipaksa ikut arus. Padahal saya tidak mau. Kenapa? Sebab saya sedang berada di dalam sampan yang saya buat sendiri. Saya ingin mengerahkan kemudi ke sebuah tempat yang tak terlihat. Tempat nun jauh di sana. Dimana saya bisa memilikinya tanpa ada gangguan.

Duniaku, kemana perginya kamu?

Rabu, 07 Maret 2012

Vitalitas

Vitalitas itu penting. Penting banget. Gua sih ngerasa akhir-akhir ini udah kehilangan vitalitas. Entah kenapa. Yang pasti, gua agak heran sama kemampuan berpikir gua yang mulai letoy abis. Gua gak bisa nulis dengan cerdas. Gua gak bisa mengeluarkan kemampuan gua yang sebenarnya. Blocked!

Sabtu, 03 Maret 2012

Nasibku?

Aku bertanya tentang masa depan. Meski buram, aku tetap berusaha meraba-raba. Sekiranya aku bisa datang langsung melihat pastilah analisisku jauh lebih tepat. Sayangnya Allah memberi tabir pada rahasia masa depan hamba-Nya. Aku tetap tidak tahu, hendak dibawa kemana nasibku ini.


Membohongi Tuhan

Dalam sholatku, aku memang menunduk. Tapi nadiku berkata, aku telah berdusta. Setiap kata yang keluar dari mulutku, bukanlah sebuah cahaya yang mampu menerangi alam semesta. Kata-kata tersebut hanyalah pakaian yang aku kenakan ketika manusia lain berhadapan denganku.

Sssttt...aku sedang membohongi Tuhanku.

Mungkin manusia bisa tertipu. Penampilanku bisa jadi meyakinkan. Bahkan sangat meyakinkan, apabila melihat detail tatapan mataku. Hipnotis itulah yang aku pakai untuk mengelabui manusia di sekelilingku. Aku terkadang tertawa bangga jikalau ada di antara mereka menepuk pundakku dan berkata "kau memang hebat kawan".

Sssttt...jangan pernah beritahu kepada yang lain. Aku ini sedang membohongi Tuhan.

Setiap dzikir dari mulutku hanyalah ceracau tanpa arti. Ketika suaraku mengeras, itu tidak lain hanya akalku saja untuk mengelabuhi jamaah masjid yang duduk di sampingku. Ketahuilah, bahwa aku sedang membuat sebuah skenario. Film panjang yang aku buat nanti, tentang kisah penyamaranku di dunia. Aku sedang mendalami perannya sekarang. Semoga bisa liris dan laku keras di hari kiamat nanti. 

Hidupku

Hidupku kini terbagi dua. Antara aku dan sesuatu. Aku mengejarnya begitu jauh. Aku tak sadar bahwa aku sudah terlampau meninggalkan jalur. Sekarang, semua telah hilang ditelan masa. Aku pun menyesalinya dengan sangat!

Apa yang Sedang Kita Lakukan?

Aku butuh energi yang cukup untuk mempertahankan kegilaan ini. Aku juga tidak tahu, mengapa aku harus menjalankan hal ini dengan begitu serius, seakan-akan aku sedang mengerjakan Tugas Akhir. Tapi dari hati yang aku yakini, hal ini merupakan pelajaran bagiku di kala nanti aku bergerak tetap sebagai seorang idealis.

Aku tahu pekerjaan ini sebenarnya tidak punya pengaruh lagi -secara langsung- terhadap masa depanku. Aku tahu ini hanya membuang-buang waktu. Tapi aku tetap pada keyakinanku bahwa hal ini tidak akan sia-sia. Aku masih punya harapan, aku bisa mengakumulasi jiwaku kepada anak-anak muda di sekitarku agar mereka sadar bahwa perjuangan tidak melulu berbalas imbalan.